Solopos.com, TOKYO - Produsen otomotif dunia berlomba-lomba membuat kendaraan dengan sumber energi alternatif. Toyota menjadi salah satu yang terdepan dengan konsep mobil berbahan bakar hidrogen.
Pasar Otomotif Ambyar, Penjualan Mobil di Indonesia Anjlok 90% Selama Covid-19
Baru-baru ini, raksasa otomotif asal Jepang itu bahkan telah melangkah lebih jauh. Toyota akan bermitra dengan beberapa perusahaan teknologi otomotif China untuk melancarkan usahanya.
Toyota berniat membentuk joint venture dengan lima perusahaan otomotif China yang bakal berpusat di Beijing. Kelima perusahaan itu antara lain FAW Group, Dongfeng Motor (DFM), Beijing Automotive (BAIC), Guangzhou Automobile (GAC) dan Beijing SinoHytec.
Toyota berniat membentuk joint venture dengan lima perusahaan otomotif China yang bakal berpusat di Beijing. Kelima perusahaan itu antara lain FAW Group, Dongfeng Motor (DFM), Beijing Automotive (BAIC), Guangzhou Automobile (GAC) dan Beijing SinoHytec.
Adapun komposisi saham yang akan dimiliki para mitra antara lain SinoHytec 15 persen, FAW 5 persen, DFM 5 persen, GAC GROUP 5 persen, and BAIC GROUP 5 persen.
Toyota Ungkap Model Baru SUV Mewah Harrier
Wakil Presiden FAW, Wang Guoqiang, menyatakan, pihaknya ingin berkolaborasi dengan mitra yang mau berbagi visi guna menciptakan hubungan saling menguntungkan.
Konsep Ekosistem Mobil Listrik Pabrikan Korea Selatan
Sedangkan Pimpinan Ketua SinoHytec, Zhang Guoqiang, menyebut China memiliki pasar yang besar. Selain itu, China memiliki banyak sumber daya energi yang dapat dikonversi menjadi hidrogen dan dengan pasar yang besar."
Hidrogen semakin dilirik sebagai bahan bakar kendaraan dalam industri otomatif. Selain Toyota, produsen kendaraan Hyundai yang tengah gencar mempromosikan produknya dengan bahan bakar ini.
Keunggulan hidrogen ini dapat dilihat dari Hyundai Nexo, mobil ini dapat menempuh sejauh 414 mil atau sekitar 666 km. keunggulan lainnya mobil ini saat mengisi bahan bakar bisa secepat mengisi bensin. Sementara, mobil listrik harus mengecas energinya dalam waktu yang lama dan jarak tempuh yang dinilai masih kurang efisien dibanding dengan mobil hidrogen.
Hyundai dan Kia Patungan Kembangkan Teknologi Kendaraan Tanpa Sopir
Namun demikian suntuk mendapatkan hidrogen sebagai bahan bakar masih memerlukan biaya tinggi. Ini yang menjadi salah satu kelemahannya. “Sekarang orang melihat mobil listrik itu sulit, mereka akan berkata bagaimana dengan hidrogen? Lalu semua orang akan melihat hidrogen di headline dan semuanya memiliki proyek hidrogen. Tak semudah itu karena hidrogen sangatlah mahal,” kata CEO PSA, Carlos Tavares.