Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Ternyata ini memang moge yang unik karena digerakkan tenaga listrik yang berasal dari empat aki besar berkapasitas 100 ampere yang nangkring di bagian tengah bodi, di tempat mesin sepeda motor biasanya berada. Arus listrik diubah menjadi tenaga melalui dinamo yang selanjutnya disalurkan untuk menggerakkan roda belakang melalui roda gigi dan rantai.
Sasa yang sengaja memperkenalkan motornya di halaman kantor Grup Media SOLOPOS di Griya Solopos menjelaskan, sepeda motor itu dibangunnya sendiri dari nol dan sama sekali bukan merupakan modifikasi dari sepeda motor apa pun. “Dalangan [sasis] ini saya buat sendiri karena memang didesain khusus untuk menampung aki. Jadi saya bikin kerangkanya dulu, baru kemudian saya sesuaikan dengan bagian-bagian sepeda motor lainnya,” jelasnya. “Yang saya beli utuh cuma porok [peredam kejut depan] dan swing arm [lengan ayun] belakang. Itu pun saya beli langsung dari pabrikan, bukan mencopot dari sepeda motor. Fakturnya juga saya simpan untuk bukti biar saya tidak dikira pakai motor protolan yang ilegal,” tutur warga Sekip, Kadipiro, Banjarsari, Solo ini. “Dinamo bahkan saya buat sendiri, cuma rumah dinamonya saja yang beli,” katanya.
Lulusan SMAN 1 Solo yang sempat kuliah akuntansi di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) namun tidak rampung ini mengungkapkan dirinya melakukan riset sendiri untuk membangun moge listriknya. “Semuanya saya pelajari dan coba-coba sendiri tanpa bantuan siapa pun. Saya bahkan tidak pakai gambar teknik, semua dibayangkan di dalam kepala saja,” ujar Sasa yang menyebut dirinya sudah mengakrabi masalah teknik permesinan sejak kelas IV SD.Moge listrik itu menelan biaya hingga Rp60-an juta, yang dihitung Sasa mencakup biaya untuk suku cadang yang rusak selama proses pembuatan. “Kalau misalnya dibuat sekali jadi, ya biayanya paling antara Rp30-40 juta saja,” jelasnya. Semua biaya dirogoh dari kocek sendiri. Kecepatan motornya menurut dia pernah mencapai 120 km per jam saat dijajal di kawasan Asrama Haji Donohudan, Boyolali. “Tapi biar tidak melanggar hukum saya lalu setel agar kecepatan maksimalnya 60 km per jam saja,” ujar Sasa.
Sasa berharap ada investor yang meminati moge listrik rancangannya ini agar bisa membantu pengembangannya. “Semua konsep pengembangan saya sudah siap, masalahnya kan pendanaannya. Saya juga berharap ada perhatian pemerintah seperti untuk paten atau untuk dijadikan motor listrik nasional, karena semua ini saya buat tidak lain demi bangsa sendiri,” tegasnya.