SOLOPOS.COM - Ilustrasi naik motor matic. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Bagi pemilik sepeda motor matic ketahui penyebab kenapa tunggangan kamu boros bensin. Sebagaimana diketahui produk ini merajai pasar lantaran lebih praktis dalam pemakaiannya. Simak ulasannya dalam info otomotif kali ini.

Penggunaan sistem injeksi kian merata di produk motor matik yang ada di pasaran saat ini. Beberapa model di antaranya bahkan mendapat fitur tambahan untuk bikin motor semakin irit mulai dari yang paling sederhana berupa lampu indikator eco riding sampai penyematan mode berkendara hemat bensin hingga fungsi idling start stop.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Tapi di luar hal tersebut, hemat atau tidaknya konsumsi bahan bakar juga dipengaruhi oleh kondisi motor dan perlakuan yang diberikan oleh pemiliknya. Untuk itu penting bagi setiap pengguna mengetahui apa saja penyebab sepeda motor matic boros bensin.

Berikut ini ulasan kenapa sepeda motor matic boros bensin dikutip dari carmudi.com pada Kamis (13/7/2023):

1. Tekanan Angin Ban Terlalu Rendah

Menurut situs web resmi Astra Motor, tekanan angin ban motor matik yang ideal berkisar antara 28-30 Psi untuk roda depan. Sedangkan untuk roda belakang antara 31-33 Psi. Kombinasi tekanan angin di batas terendah bisa digunakan oleh mereka yang lebih sering menggunakan kendaraannya seorang diri pun begitu sebaliknya.

Usahakan tekanan angin ban motor kamu tak di kurang dari angka yang direkomendasikan. Sebab ban yang kempis akan menciptakan hambatan gulir lebih besar sehingga membuat laju roda lebih berat.  Lebih dari itu, menjaga tekanan angin ban selalu ideal juga berguna menghindari masalah pada roda. Misalnya pelek retak ketika menghantam lubang atau ban bocor.

2. Berkendara Mengabaikan Eco Riding

Cara berkendara sangat berkontribusi pada penyebab kenapa motor matic boros bensin. Agar lebih hemat, kita bisa mempraktikkan prinsip-prinsip eco riding alias berkendara hemat bahan bakar. Salah satu langkahnya adalah membuka dan menutup tuas gas secara gradual, bukan mendadak.

Selanjutnya adalah berkendara dengan kecepatan yang konstan. Bukan berarti harus pelan-pelan, justru melaju di kecepatan yang tinggi bisa lebih hemat asalkan juga dibarengi dengan teknik coasting.  Apa itu? Teknik coasting gampangnya adalah memanfaatkan momentum untuk membawa motor melaju lebih cepat. Jadi dorongan tenaga tidak sepenuhnya berasal dari mesin. Cukup buka tuas gas tipis-tipis saja.

Cara berkendara eco riding akan lebih mudah dilakukan dengan sepeda motor yang dilengkapi eco indicator atau informasi konsumsi bensin real time di instrumen panelnya.

3. Filter Udara Kotor

Setiap mesin motor matik dan kendaraan dengan internal combustion engine lainnya membutuhkan asupan udara sebagai bagian dari proses pembakaran. Udara tersebut masuk ke ruang bakar setelah melewati filter terlebih dahulu.

Masalahnya, seiring penggunaan kondisi filter udara bisa kotor yang pada akhirnya menghambat aliran udara itu sendiri. Dengan begitu rasio antara campuran bahan bakar dan udara seimbang.  Kondisi seperti ini sering dikenal istilah terlalu basah terutama pada motor-motor yang masih menggunakan karburator. Efeknya, bensin jadi lebih boros dan akselerasi lemot atau mungkin sampai berebet.

Karenanya filter udara mesti rutin dibersihkan idealnya setiap 2.000 km dan diganti setiap 10.000 km. Tapi hal ini hanya berlaku untuk filter udara tipe kering baik yang berbahan busa atau kertas. Caranya dengan menyemprotkan angin bertekanan dari arah berlawanan masuknya udara.

Nah, sayangnya banyak motor matik keluaran terbaru menggunakan filter udara basah. Disebut basah karena terdapat semacam pelumas di filternya yang berguna untuk menambah kekuatan penyaringan.  Filter udara semacam ini tidak bisa dibersihkan baik menggunakan air tanah atau bensin. Sebab hal tersebut akan menghilangkan pelumasnya. Solusinya terbaik memang menggantinya dengan yang baru.

4. Kondisi Busi Menurun

Kenapa motor matic boros bensin bisa jadi juga lantaran performa busi menurun. Menurut situs web resmi NGK, idealnya busi motor diganti setiap 6.000 km. Atau paling tidak setiap dua kali ganti oli diikuti dengan satu kali penggantian busi. Karena seperti diketahui ada kalanya busi tak lagi mampu menghasilkan percikan api yang cukup untuk menghasilkan pembakaran yang maksimal.

Selain itu, penting juga untuk memilih busi pengganti sesuai dengan spesifikasi motor. Pertama, pastikan tingkat panas atau heat range-nya sesuai. Kedua, cari busi yang memiliki diameter dan panjang bagian ulir pas dengan lubang busi motor kita.  Nah, dari visual elektroda busi yang lama, kita juga bisa memantau kondisi mesin motor secara keseluruhan. Elektroda dengan warna abu-abu atau merah bata menunjukkan pembakaran yang sempurna. Jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Lain cerita jika warna elektroda hitam yang berarti rasion bensin masuk ke ruang bakar terlalu banyak dibandingkan udara. Nah, jika elektroda berwarna putih menunjukkan kondisi yang sebaliknya.

Terakhir adalah elektroda berwarna hitam disertai adanya oli. Hal ini adalah peringatan bagi Anda karena artinya ada oli rembes masuk ke ruang bakar.

5. CVT Bermasalah

Ciri utama motor matik adalah penggunaan Continuously Variable Transmission (CVT) yang berfungsi mentransfer tenaga dari mesin ke roda belakang. Di dalamnya terdapat beberapa komponen, seperti kampas ganda, v-belt, dan roller.  Untuk menjaga performanya tetap prima dibutuhkan perawatan. Sebab seiring berjalannya waktu komponen-komponen tersebut bisa kotor bahkan aus. Jika sudah demikian maka tarikan motor akan berkurang dan mesin jadi boros bensin.

Solusinya lakukan pemeriksaan CVT secara rutin, yaitu paling tidak setiap 10.000 km. Untuk diketahui, mayoritas bengkel resmi memisahkan antara layanan servis biasa dan servis CVT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya