Otomotif
Jumat, 10 November 2023 - 16:02 WIB

Pengembangan Hidrogen untuk Otomotif Mulai Ramai, di Indonesia Masih Sepi

Kahfi  /  Akhmad Ludiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Toyota Mirai. (CarandDriver)

Solopos.com, JAKARTA – Sejumlah negara di dunia tengah mengembangkan pasokan hidrogen sebagai sumber energi sektor transportasi khususnya otomotif. Hal ini juga dilakukan oleh negara tetangga, Malaysia dan Australia.

Sementara itu, di Indonesia energi terbarukan hidrogen belum dilirik secara serius sebagai alternatif menyajikan energi ramah lingkungan.

Advertisement

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Eniya Listiani Dewi mengungkapkan sedikitnya 40 negara telah memiliki peta jalan pengembangan hidrogen.

Sebagian besar negara-negara tersebut bahkan telah menggali potensi dan mendistribusikan hidrogen sebagai sumber energi, terutama untuk sektor transportasi dan industri. “Hidrogen hadir sebagai energi masa depan, meskipun selama ini telah digunakan di industri seperti pupuk. Terlebih bagi Indonesia, sumber memproduksi hidrogen cukup melimpah,” ungkap Eniya beberapa waktu lalu di sela-sela Seminar Nasional UGM Percepatan pengembangan Ekosistem Hidrogen di Sektor Industri dan Transportasi Menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 di Indonesia.

Advertisement

Sebagian besar negara-negara tersebut bahkan telah menggali potensi dan mendistribusikan hidrogen sebagai sumber energi, terutama untuk sektor transportasi dan industri. “Hidrogen hadir sebagai energi masa depan, meskipun selama ini telah digunakan di industri seperti pupuk. Terlebih bagi Indonesia, sumber memproduksi hidrogen cukup melimpah,” ungkap Eniya beberapa waktu lalu di sela-sela Seminar Nasional UGM Percepatan pengembangan Ekosistem Hidrogen di Sektor Industri dan Transportasi Menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 di Indonesia.

Lebih jauh, dia menjelaskan sejauh ini negara tetangga seperti Australia dan Malaysia telah menjadi eksportir hidrogen. Mereka memasok energi terbarukan itu ke Jepang dan Singapura. “Bahkan Australia telah menambah banyak pasar ekspor hidrogen,” jelas Eniya.

Sementara Malaysia, sejak 2019 melalui Sarawak Economic Development Corporation (SEDC) telah membangun jaringan produksi hidrogen sekaligus lini distribusi yang melayani sektor transportasi dan otomotif. Tercatat, Petronas sebagai badan usaha pelat merah milik negeri Jiran itu telah mempunyai peta jalan pengembangan bisnis hidrogen.

Advertisement

Sebaliknya, Indonesia belum beranjak menggenjot pengembangan hidrogen. Padahal, Potensi EBT hidrogen yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) tersebar terutama di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Papua.

Pemerintah mengklaim Indonesia memiliki potensi memproduksi listrik dari EBT dengan kapasitas 3.000 gigawatt (GW) dan potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 12,5 GW saat ini. Sehingga Pemerintah optimis dapat menambah produksi listrik dari sumber EBT hingga mencapai 21 GW sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030.

“Yang jelas pasar ekspor hidrogen cukup besar, Singapura pun siap menyerap produksi hidrogen. Terlebih lagi, ini bakal berperan besar untuk transformasi energi sektor otomotif dan transportasi,” jelas Eniya. Di sisi lain, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengakui bahwa hidrogen bakal jadi pemain utama energi bersih pada masa mendatang. “Kalau bagi Toyota, kami telah menerapkan strategi multi-pathway, termasuk pengembangan hidrogen. Karena tujuan netral karbon, tak bisa hanya satu teknologi, semua yang bergerak mengurangi karbon harus didukung,” ungkapnya.

Advertisement

Hanya saja, sejauh ini pengembangan energi hidrogen masih sebatas wacana, belum terdapat peta jalan dan kebijakan yang jelas. “Sebagai pelaku industri kami menunggu kejelasan tersebut, karena tren global pun mengarah ke sana. Ini harus disiapkan dari produksi, distribusi, hingga jaminan infrastrukturnya, secara teknologi sudah siap industri otomotif,” imbuh Bob.

Toyota telah meluncurkan dan memasarkan massal Mirai yang merupakan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) dengan konsumsi hidrogen. Kini, pabrikan asal Jepang itu menghadirkan generasi kedua teknologi hydrogen internal combustion engine/HICEV yang bisa dikembangkan berbarengan dengan rantai pasok komponen eksisting.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Pengembangan Mobil Hidrogen, Marak di Dunia Sepi di Indonesia”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif